0

THE GATSBY AND ME

Posted by Santosa-is-me on 4:01 PM in
Sebenarnya nggak ada persamaan apa-apa antara gue dengan Jay Gatsby

Gue nggak kaya...
Gue nggak suka pesta...
Dan gue nggak punya tetangga bernama Nick Carraway...

Kalo, soal ganteng sih, hmm... si Leo (satu-satunya sosok Jay Gatsby yang gue tau) sih beda-beda tipislah sama gue.

Tapi entah kenapa, sejak menonton film The Great Gatsby gue merasa ada keterikatan khusus antara gue dan Jay Gatsby. Entah kenapa gue merasa sosok Jay Gatsby itu gue banget. Mirip gue banget.

Kalo ngomongin film sih, ceritanya emang bersumber dari materi yang udah kuat banget. Novel The Great Gatsby adalah salah satu novel paling terkenal di dunia. Jangan bandingkan dengan novel "Anak-anak" macam Harry Potter apalagi Twillight.

Ke filmnya, ada Bazz Luhrman yang sepertinya ngasih kita jaminan kalo film ini bakal berisi dengan adegan-adegan pesta glamor nan megah, parade visual nan memikat, serta seting dan kostum yang nggak tanggung-tanggung (ini cuma tukang review kelas kelurahan yang ngasih pendapat, jadi jangan terlalu diambil pusing).
The Great Gatsby, tentang betapa gilanya cinta dan manusia
Balik ke cerita lagi, the Great Gatsby bercerita tentang Nick Carraway yang punya tetangga seorang konglomerat bernama Jay Gatsby dan setiap saban akhir pekan ngadain pesta gede-gedean di rumahnya  yang gedongan. 

And Then, sebuah undangan dari Jay Gatsby untuk Nick akhirnya kemudian perlahan membuka sebuah kenyataan besar (sekaligus menyedihkan menurut gue). Pesta gede-gedean yang terus diadakan oleh si Jay yang sampai terkenal di seluruh kota New York itu sebenarnya hanya untuk menanti kehadiran satu orang: Daisy Buchanan, sepupu Nick Carraway yang (sialnya) sudah menikah.

Daisy ini adalah wanita yang pernah di cintai oleh Jay. Namun mereka harus berpisah karena Jay harus pergi berperang (setingnya itu di tahun 1920-an, tebak deh perang apa itu?) dan Daisy kemudian menikah dengan Tom Buchanan.

Ironis, Jay Gatsby kembali, kemudian melakukan banyak hal absurd demi cintanya. Sengaja memilih tinggal di seberang teluk tepat berseberangan dengan rumah Daisy. Mengadakan pesta besar demi berharap suatu saat Daisy akan datang ke pestanya. Padahal (mungkin) si Jay Gatsby sendiri tidak benar-benar menikmati pesta buatannya itu. Ia (mungkin) lebih senang berdiri sendiri di dermaganya menatap cahaya lampu hijau dari dermaga di depan rumah Daisy, seolah itu sinar harapan yang ingin ia raih. Bahkan ketika Daisy akhirnya menginjakkan kaki di rumahnya, Jay Gatsby baru merasa rumah gedongnya yang megah itu baru benar-benar lengkap. 
Jay dan Pestanya yang absurd.....
See, betapa cinta itu bisa bikin logika hancur lebur. Bagi orang waras, kegilaan Gatsby mengadakan pesta hanya untuk berharap agar orang yang dicintai itu suatu saat akan datang ke pestanya tersebut mungkin adalah sebuah tindakan yang absurdnya diatas maksimal.

Tapi itulah cinta, membuat pikiran jadi kebolak-balik. Bikin otak jadi encer hingga saking encernya udah kayak orang nggak punya otak. Dan sialnya gue ngerasa itulah persamaan gue dengan The Great Gatsby, kita sama-sama absurd gara-gara cinta. Kita melakukan banyak kegilaan karena cinta...

Ya, gue ngerasa betapa gue juga seperti Gatsby, dibodohi oleh cinta. Kita tahu, tapi nggak bisa (atau tepatnya nggak mau) keluar dari kebodohan itu. Mungkin juga seperti Gatsby, orang seperti gue ini terlalu penuh semangat terhadap harapan. Padahal udah banyak yang ditipunya.

Dan gue percaya, orang-orang yang seperti ini banyak. Bukan cuma gue dan Jay Gatsby. Hanya mereka tidak mengakuinya. Atau tidak mau menyadarinya....

Jay Gatsby: Membuat pesta besar agar Daisy suatu saat bisa datang ke rumahnya.... (The Great Gatsby)

Jesse: Rela melewatkan pesawatnya hanya agar bisa ngobrol lebih panjang dengan Celine... (Before Sunset)
Yang ini jadi orang lain demi cinta
Suri: Berubah menjadi orang lain demi mengembalikan keceriaan Taani... (Rab Ne Bana Di Jodi)

Henry Roth: Setia mengingatkan istrinya Lucy, yang setiap hari melupakan dirinya... (50 First Dates)

Carl Fredricksen: Menerbangkan rumahnya untuk mewujudkan mimpi istrinya, Ellie, yang belum sempat terwujud... (Up)

Benjamin Button: Ben yang tetap mencintai Daisy, meski sebagian besar usia hampir selalu berselisih, susah mau menjelaskan yang ini.... (The Curious Cas of Benjamin Button) 
Ini lebih absurd, yang satu menua, dan yang lainnya malah semakin muda.....
Aman: Membuat Naina jatuh cinta pada Rohit, meski ia sendiri juga mencintainya... (Kal Ho Na Ho)

Habibie: Setia menunggui istrinya, Ainun yang sakit bertahun-tahun dengan penuh kesabaran.... (Habibie & Ainun)

Dan masih banyak lagi, dan mungkin kita salah satunya... Yah, terkadang cinta memang tidak mendidik.... tapi mau bagaimana lagi, memang begitulah adanya....

Tapi kayaknya, gue kebanyakan nonton film deh neh....


0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 BIG RHINO WHO WANTS TO FLY All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.