0

SEBERAPA JAUH KITA TERPISAH?

Posted by Santosa-is-me on 8:17 PM in
Sebagai manusia gue sebenarnya cukup normal... Lebih tepatnya gue pernah normal. Dulu gue juga seperti anak-anak lainnya, makan nasi, main gundu, punya cita-cita dan juga pernah bela-belain nahan pipis gara-gara malu mau izin ke toilet pas zaman SD (seolah ke toilet itu adalah aib paling besar sejaman SD itu).

Yang pengen gue ceritain sekarang ini soal cita-cita. Seberapa jauh kita terpisah dari cita-cita kita?

Mari tracking di diri gue...

Jaman bocah cita-cita gue dua: Jadi satria baja hitam dan merit sama Maissy. Nah karena dua cita-cita ini rada absurd buat di wujudkan,  jadi gue nggak anggap cita-cita ini sebagai cita-cita yang serius. Yah maklum, namanya juga anak-anak...

Nah, mungkin cita-cita yang rada boleh dianggap serius itu adalah waktu di zaman SMA. Di sewaktu zaman putih abu-abu itu, cita-cita gue cukup spesifik. Jadi ketika zaman kelas 2 atau 3 SMA, gue pernah diminta mengungkapkan apa cita-cita gue, dan jawaban gue adalah: Gue kepengen jadi wartawan perang, dan mati pas perang. Tuh, mantep nggak cita-cita gue?

Sebenarnya sih, nggak gitu-gitu amat. Gue waktu itu sebenarnya lagi kepengaruh sama berita tv yang lagi heboh ngeberitain Ersa Siregar, wartawan RCTI yang disekap sama GAM dan akhirnya ditemukan tewas. Sejak itulah gue selalu kepengen jadi wartawan dan pengen mati waktu lagi ngeliput (iya, gue emang korban televisi).
Bapak inilah yang bikin gue kepengen mati sebagai wartawan
Tapi, ya gitu deh, ternyata gue nggak begitu serius mau jadi wartawan. Buktinya gue malah masuk ekonomi. Cuma paling nggak, gue akhirnya menemukan cita-cita sempurna gue. Gue pengen jadi penulis.

Gue dari SMA udah suka baca. Bahkan dari SD. Jaman SD gue suka minjam buku cerita di perpustakaan sekolah. Dan yang masih gue ingat, entah kenapa gue selalu minjam buku yang berhubungan dengan laut. Salah satunya yang masih gue inget itu buku "Badai  di Pulau Karang." Gue masih ingat ceritanya, kisah seorang anak penjaga mercu suar yang bela-belain nyalain mercu suar ditengah badai agar kapal-kapal yang lewat nggak karam. Asli, heroik banget. Makanya sampai sekarang, salah satu obsesi hidup gue adalah naik mercu suar. Bahkan gue pernah kepengen jadi penjaga mercu suar (iya, gue emang gampang banget kepengaruh).
Salah satu obsesi hidup gue, selain Meyda Shafira...
Jaman SMP gue masih suka baca juga. Bahkan kalo jaman SMP mau nyari gue waktu istirahat gampang, cari aja ke perpustakaan. Gue emang rada nerd, meski gue ogah pake kacamata, mencemari kegantengan gue. Berlanjut ke SMA, gue memulai sesuatu dari kebiasaan membaca gue: Menulis alias mengarang cerita.

Awalnya, gue cuma iseng nulis cerita kocak dari kejadian di sekitar gue, atau minimal sambungan film yang gue pleset-plesetin. Yang baca juga temen-temen sekelas gue. Pas SMA ini juga gue mulai suka puisi, selain karena lagi ababil dan penuh kegalauan masa remaja, juga karena gue lagi ngefans sama Rangga-nya AADC yang cool banget dan kemana-mana bawa "Aku"-nya Tsuman Jaya (makanya kalo ngajak gue nonton film pembunuhan, hati-hati! Gue gampang kepengaruh).

Sampai sekarang gue masih suka nulis. Tapi sejauh ini, semua gue lakukan sebagai bentuk pemuasan buat diri sendiri. Buat kesenangan pribadi. Sesekali gue kirim ke koran atau majalah kalau gue udah cukup pede dengan tulisan gue tersebut. Kalo nggak, lebih banyak gue nikmatin sendiri, pasang di note facebook, atau pasang di blog. 
Percaya nggak percaya, cerpen gue pernah nongol di majalah ini...
Tapi meski begitu, gue selalu menjadikan "Menjadi Penulis" sebagai cita-cita hidup gue bahkan jauh diatas cita-cita gue yang lain "Menikahi Meyda Safira." Karena itu, meski gue banyak kerjaan lain mulai dari jadi karyawan kantoran, penyiar radio, freelancer, pengusaha abal-abal, motivator dadakan, konsultan politik, akuntan setengah hati, dan lain-lain, tapi gue selalu percaya, hidup gue yang paling bahagia adalah ketika gue dibayar buat nulis semau gue, atau kerjaan gue sehari-hari cuma nulis aja dan minimal istri gue Meyda Safira (ngarep...).

Paling nggak, bagi gue, cita-cita kita nggak boleh dipadamkan... minimal kita masih memiliki mimpi untuk bisa mewujudkan cita-cita yang ingin kita raih, seberapapun jauhnya kita sudah terpisah dari mimpi kita itu saat ini... yah, mimpi aja yang gratis masa nggak berani? Padahal kalo soal yang gratis lainnya kita semangat banget....

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 BIG RHINO WHO WANTS TO FLY All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.