0

MELINTAS BATAS, MENUJU HATYAI

Posted by Santosa-is-me on 8:25 PM in
Kalau ditanya, kenapa milih ke Hatyai? Mungkin jawaban gue bakal sama dengan jawaban gue untuk beberapa pertanyaan sejenis, kenapa tidak?

Tapi baiklah, gue ceritain sedikit kenapa gue milih ke Hatyai. Gue sendiri nggak berencana ke kota di Thailand selatan ini. Tujuan gue sebenarnya cuma satu pengen ikutan Songkran, tahun baruannya orang Thailand. Konon katanya pas tahun baruan, orang Thailand suka maen air.

Jangan tanya gue apa hubungan tahun baru sama air. Namanya juga orang Thailand, suka aneh-aneh. Bedain cowok sama cewek di sana aja susah (nggak nyambung!). Tapi ngomongin Thailand, ya gue juga cuma taunya ke Bangkok atau paling nggak ke Phuket. Okelah, Krabi gue udah dengar lebih dulu yang kata temen-temen gue yang pernah ke sana katanya nggak kalah dengan Phuket. Tapi Hatyai? Reaksi gue waktu diajak ke sana adalah: dimakan bikin bau nggak? Itu petai... (Tuhan ampuni hamba karena kegaringan ini).

Tapi temen gue seperjalanan meyakinkan gue soal kota tujuan Songkran kami ini. Alasannya sederhana, karena Hatyai nggak sebesar Bangkok yang penuh dengan bule itu. Songkran di Hatyai katanya lebih kultural. Di kota-kota besar lain, Songkran cuma seperti pesta dengan komersialisasi tiada tara.

Gue yang doyan kemana-mana untuk melihat sesuatu yang baru ini, jelas bukan ke Thailand bukan buat sekedar ngejar pesta yang hingar-bingar. Karena kalau cuma ingin bingar gue cukup ke hutan kemudian belok ke pantai. Gue mau ke Thailand buat ngeliat kehidupan orang Thailand. Pengen ngeliat Songkran yang sebenarnya. Dengan gadis-gadis seksi thai yang kebasahan... eh maksud gue dengan perayaan tahun baru dan semacamnya. Karenya gue mengiyakan ajakan untuk ke Hatyai. Dan sekali lagi Hatyai bukan jenis makanan, apalagi sayuran.

Tapi sayangnya kami tidak mungkin datang ke Hatyai pada hari pertama Songkran. Alasannya teman gue yang hendak berangkat serta bareng gue ke Thailand ini sekalian ada urusan pekerjaan sebelumnya ke Penang, Malaysia. Dan jadwal perkerjaannya itu, membuat kami baru mungkin tiba di Hatyai pada hari kedua Songkran. Tapi toh kami kira itu nggak bakal jadi masalah. Karena dugaan kami, seperti di Bangkok, perayaan Songkran katanya dirayakan hingga tiga hari. Jadi rasanya nggak masalah.

Setelah dengan penuh perjuangan akhirnya bertemu di Kuala Lumpur, gue dan rekan seperjalanan gue bersiap bertolak ke Thailand. Berangkat dari stasiun Duta, kami naik bus yang menurut gue cukup bagus. Bus dari perusahaan Konsortium Bas Ekspress seharga 60 ringgit. Ber-AC dan kursinya jarang-jarang. Dalam satu baris hanya ada tiga kursi. Lumayan lega dan bisa tidur nyenyak sambil selonjoran. Ada wifi-nya pula walau cuma untuk wilayah Malaysia aja, dan udah nggak bisa dipakai lagi begitu udah lewat perbatasan.

Dalamnya lega, bikin tidur ngorok terasa biasa...
Perjalanan malam dari Kuala Lumpur ke Hatyai memang sengaja gue pilih. Tujuannya memang untuk menghemat biaya penginapan. Maklum dengan jarak yang lumayan, kemungkinan gue baru bakal tiba di Hatyai pada pagi hari. Namanya juga bagpacker kere. Jadi harus benar-benar berhemat.

Tak banyak yang bisa gue ceritakan dari perjalanan malam tersebut. Selain kalo busnya enak, ada wifi dan ber-AC. Selain karena malam dan gue udah cukup lelah dengan chaos biar bisa ketemu temen gue, juga karena nggak banyak yang bisa dilihat dalam gelap malam. Akhirnya gue banyak tidur sih. Bahkan godaan wifi aja nggak bisa ngalahin kantuk gue. Selain juga karena gue adalah manusia yang lumayan kebo. Entah ada yang ke ganggu nggak sama orok gue. Btw, orok itu bayi kan yah?

Menjelang subuh sekitar pukul 3-an, bus gue berhenti di sebuah tempat. Tampaknya ini jadi tempat perhentian bus. Beberapa penumpang turun dan makan. Gue sebenarnya lapar juga mengingat terakhir gue makan adalah McD-nya KL Sentral, sekitar jam 5 sore waktu Malaysia. Cuma entah kenapa gue nggak begitu mood buat makan. Tapi gue tetep turun juga. Salah satunya karena di sana ada penukaran uang. Disini gue nukarin semua ringgit ke bhat, karena bentar lagi harusnya gue masuk Thailand.

Cukup lama bus ngetem di tempat tersebut. Dan gue lalu ketiduran dengan sukses. Pihak bus kemudian memberikan semacam formulir buat diisi. Untuk kebutuhan imigrasi. Hampir aja nggak gue isi, pengen gue buang. Karena formulir begituan nggak ada di border Indonesia-Malaysia. Cukup paspor, udah bisa melintas, nggak harus isi ini itu. Tapi temen gue nasehatin untuk ikut aja.

Menjelang pagi, bus tiba di border perbatasan Malaysia. Di sini semua penumpang disuruh turun sambil bawa semua barangnya. Setelah paspor di chop, dan barang di X-ray, gue resmi meninggalkan Malaysia. Beberapa penumpang bus memanfaatkan kesempatan di imigrasi ini buat buang hajat, jadinya bus terpaksa menunggu sampai semua penumpang kembali baru kemudian bus kembali berjalan.

Selang beberapa menit. Giliran kembali penumpang turun dan disuruh bawa semua barangnya. Disini formulir yang diberikan oleh kondektur bus diminta oleh petugas imigrasi. Untung nggak jadi gue buang sesuai saran temen gue.
Bus gue waktu di border Thailand, udah pagi baru bisa ambil gambar...
Satu hal yang berbeda di border Thailand ini adalah semua petugasnya pakai baju hawai. Rupanya ini tradisi ketika tahun baru. Tampaknya gue tiba di negara yang benar. Setelah jalan, bus langsung menuju Hatyai. Segala macam poster bertuliskan huruf Thailand yang entah bertuliskan apa silih berganti di sepanjang jalan. Awalnya banyak hutan dan kebun sawit, lama-lama mulai ramai rumah penduduk. 

Sembari menunggu bus tiba di Hatyai, gue dan temen gue sarapan. Kebetulan temen dari temen gue yang sempat ia temui di Bangsar Village di Kuala Lumpur adalah pejabat penting di salah satu perusahaan roti Malaysia. Jadilah gue dan temen gue dibekali dengan roti dari perusahaannya. Dan roti yang dibekalkan itulah yang jadi pengganjal perut gue sebelum tiba di Hatyai.

0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 BIG RHINO WHO WANTS TO FLY All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.