2
MIMPI ITU DIWUJUDKAN, BUKAN DITINGGALKAN!
Posted by Santosa-is-me
on
10:36 AM
in
Hasil Mikir Bener
Gue masih menganggap percaya pada hal-hal konyol kayak mimpi dan cinta sejati itu adalah suatu kebodohan. Karena itu gue selalu bertanya kepada diri gue, kapan yah kira-kira gue ini bakalan jadi pinter?
Gue selalu percaya bahwa kedewasaan-lah yang membuat orang menjauh dari mimpinya. Ketika seorang beranjak dewasa perlahan dia mulai berdamai dengan realita kemudian melupakan mimpi-mimpi. Ketika perlahan kita menua, kita menganggap mimpi adalah mimpi, dan pada saatnya kita harus bangun menerima realita.
Terakhir ingat kata-kata gue ini, yang menghubungkan seseorang dengan mimpinya hanyalah keberanian mewujudkan mimpinya tersebut serta iman untuk percaya bahwa mimpinya itu akan terwujud.
Dari dulu gue punya banyak mimpi soal masa depan. Salah duanya yang sudah tertanam sejak lama adalah dua, menjadi penulis dan pengusaha. Dua hal yang semuanya bermula dari kegemaran gue baca, terus berlanjut kemenulis serta keinginan gue jadi orang kaya raya.
Tapi realita ternyata nggak semudah kayak bunga tidur. Gue nyatanya bukan anak orang kaya yang diwarisin perusahaan besar oleh orang tuanya. Gue juga bukan orang yang dianugrahi modal segepok duit yang bisa bikin apa saja dengan itu. Gue cuma ordinary people, very common people (asli gue sok-sok-an aja pake bahasa Inggris ini, entah benar atau nggak).
Itulah yang kadang bikin nyesak. Realita terkadang nggak sebagus mimpi. Gue jadi ingat gimana kisah Ikal di Sang Pemimpi. Dia punya mimpi, tapi realitanya berbanding terbalik dari mimpinya. Dia ingin kuliah di luar negeri, tapi dia cuma seorang bocah miskin di sudut pulau Belitong. Mimpinya kejauhan.
Baca juga : Seberapa Jauh Kita Terpisah?
Baca juga : Seberapa Jauh Kita Terpisah?
Apa hikmah yang bisa diambil dari film Sang Pemimpi? Kalo gue cuma satu, Zakia Nurmala itu cakep.... |
Apakah benar harus begitu?
Entahlah. Blog ini memang penuh dengan pertanyaan gue yang nggak terjawab, termasuk pertanyaan barusan ini. Tapi ketimbang memberikan jawaban, yang lebih penting adalah memutuskan pilihan. Mau kemana? Tetap bodoh atau memutuskan menerima realita, menghadapi kenyataan hidup.
Tapi gue sekarang memutuskan untuk tetap menjadi bodoh. Gue akan tetap dengan mimpi-mimpi gue. Salah satu mimpi gue sebagai pengusaha adalah menjadi raja media. Gue nggak pernah kepikiran gimana cara mewujudkannya. Gue bukan anak Surya Paloh. Gue juga bukan anak Aburizal Bakrie. Tapi gue anak emak bapak gue, dan gue bangga dengan itu.
Gue pengen punya kantor berita sendiri, punya TV, Radio, koran, majalah, surat kabar, penerbitan hingga toko buku. Tapi gue benar-benar nggak tahu gimana mewujudkan mimpi-mimpi itu. So, gue memutuskan untuk lebih keras belajar, sambal memulai dengan langkah kecil. Gagal? Mumpung gue masih muda, belum banyak tanggungan, gue rasa gue nggak akan terlalu takut dengan kegagalan.
Baca juga : Merekam mimpi-mimpi
Suatu saat gue bakal beli CNN... |
Jadi kalo elo bukan anak orang kaya, dan elo ingin mimpi-mimpi elo terwujud, yang harus dilakukan hanyalah belajar lebih keras, berusaha lebih keras, dan percaya lebih keras.
Seperti kata Aray di Sang Pemimpi, "Tanpa mimpi, orang-orang seperti kita ini akan mati." Jadi gue lebih memilih jadi bodoh ketimbang cepat-cepat mati. Fix!