7

CATATAN PERJALANAN : SEMALAM DI MALAYSIA part 1

Posted by Santosa-is-me on 11:15 PM in

Inilah kisahku semalam di Malaysia
Diri rasa sunyi aduhai nasib apalah daya
Aku hanya seorang pengembara, yang hina...

Kekasih hatiku pun telah pula hilang...
Hilang tak berpesan aduhai sayang apalah daya
Cinta hampa hidupku pun merana, mana dia...

(D'Lloyd - Semalam di Malaysia)


Lagu di atas adalah bikinan band lawas Indonesia bernama D'Lloyd yang berjudul Semalam di Malaysia. Sengaja gue ambil sebagai pembuka karena menurut gue cocok banget dengan yang mau gue ceritakan di postingan kali ini. Lagu aslinya galau banget. Coba aja dengar.


Ini nyambung dengan postingan gue yang sebelumnya. Buat yang belom baca, boleh klik di mari, biar ceritanya runut dan nyambung.

Jadi, malam itu gue berangkat dengan bus Damri menuju ke perbatasan Indonesia - Malaysia. Awalnya gue pikir, gue mesti berangkat dari tempat gue beli tiket, namun ternyata gue harus berangkat dari terminal antar negara di Sungai Ambawang, Kalimantan Barat. Dan salah satu dosa gue sebagai penghuni Kalbar dan Kubu Raya adalah nggak tau dimana terminal keberangkatan antar negara ini berada. Sering dengar, tapi nggak pernah ke sana.

Maka berterima kasihlah pada penemu GPS, karena berkat tekhnologi satu ini gue berhasil menemukan tempat tersebut yang ternyata nggak jauh. Dan untungnya ternyata gue bukan satu-satunya orang yang nggak tahu tempat tersebut. Di tengah jalan, ketika sedang nunggu di trafick light, ada ibu-ibu yang nanya dimana letak terminal antar bangsa. Gue dengan gaya sok tau nyuruh ibu-ibu itu ngikutin gue, padahal sebenarnya gue juga nggak tau dan cuma ngandelin GPS.

Gue tiba di terminal antar bangsa. Ternyata eh ternyata, terminal antar bangsa ini terlihat cukup gede dan modern. Bahkan boleh dibilang tempatnya jauh lebih keren dari Bandara Supadio yang sekarang. Cuma herannya kok sepi ya? Yang gue liat bahkan pedagang-pedagang juga nggak ada. Cuma satu kios yang buka (dan yang nggak disangka itu, ternyata yang punya kios adalah tetangga gue). Apa gue kemalaman? Atau karena itu hari minggu?

Tepat jam 9 malam, gue berangkat meninggalkan terminal antar bangsa dengan menggunakan bus dari perusahaan bus plat merah. Sebenarnya sih banyak pilihan bus yang bisa dipilih, cuma karena gue nggak pengalaman naek bus, gue taunya cuma Damri doang. And just for information, bus-bus yang ada di terminal tersebut nggak cuma yang mau ke Kuching, ada juga yang mau ke Brunai Darussalam atau kota-kota lain di Serawak.

Perjalanan Pontianak - Kuching itu ditempuh dalam perjalanan yang lumayan panjang. Karena menghabiskan waktu semalaman di dalam bus, kursi penumpang dibuat senyaman mungkin serta dilengkapi AC. Untuk bus yang gue naiki, gue bahkan diberi fasilitas selimut, serta air minum dan snack berupa roti. Harga yang sesuai untuk ongkos mencapai lebih dari Rp. 300.000.

Perjalanan Pontianak menuju Entikong ternyata memang seperti yang banyak diceritakan orang-orang. Meski sepanjang malam itu gue tertidur karena ngantuk banget (maklum, malam sebelumnya gue susah tidur), namun berkali-kali gue terbangun karena bus berguncang keras ketika harus melewati jalan yang rusak. Untungnya gue nggak sendirian malam itu. Yang duduk tepat di sebelah gue ternyata adalah adik kelas gue waktu SMA dulu. Dia PNS di entikong dan tiap saban pekan dia bolak-balik Entikong-Pontianak. Tahan juga dia, salut gue.


Bus Damri, harusnya ditambah fasilitas nasi padang gratis...
Tengah malam bus singgah di sebuah rumah makan padang. Meski tengah malam, rumah makan Padang ini rame banget. Beberapa bus terparkir. Orang-orang pada makan. Histeria ini, bikin gue yang nggak ada rencana makan (secara gue udah makan sebelum berangkat), ikutan makan. Betapa gue nggak sanggup menpertahankan rencana awal gue dan hal-hal kayak beginilah yang sering bikin perjalanan over budget.

Malam itu ada satu hal yang gue lupa lakukan. Karena rencana sebenarnya gue berangkat pake pesawat di minggu siang, maka harusnya gue memberikan kabar ke teman gue yang janjian ketemuan dengan gue di Kuala Lumpur senin pagi. Namun sialnya ketika gue ingat untuk melakukan itu, kedua ponsel yang gue bawa sudah kehabisan baterai. Chaos yang terjadi sehari sebelumnya membuat gue lalai untuk mengisi ulang baterai kedua ponsel gue.

Menjelang pukul 5 bus tiba di PPLB (kepanjangannya PPLB tuh Pos Pemeriksaan Lintas Batas) Entikong. Di depan gerbang udah banyak yang berkerumun sementara PPLB baru buka pukul 5. Waktu menunggu gerbang dibuka, gue manfaatkan untuk sholat Subuh di masjid yang ada di komplek PPLB. Di gerbang PPLB ini juga banyak pengasong yang jual jasa penukaran uang ringgit dan kartu telepon Malaysia. Gue nggak niat beli, jadi gue nggak sempat nanya berapa harganya.


Numpang nunggu gerbang di buka....
Tepat jam 5 pintu lintas batas dibuka. Gue, berserta orang-orang yang udah lumutan nunggu di gerbang akhirnya masuk dan antri biar paspor gue dapat cap sebagai izin lintas batas. Kemudian perjalanan berlanjut ke PPLB Tebedu untuk juga mendapat cap dan izin masuk negara Malaysia. Di sini resmi sudah gue meninggalkan Indonesia dan masuk ke negeri orang Malaysia. Dan melihat negeri orang ini membuat gue iri setengah mati.

Gimana nggak, jika perjalanan Pontianak - Entikong penuh dengan perjuangan melewati jalan yang rusak, maka selepas PPLB Tebedu, jalan mendadak mulus tanpa hambatan. Bahkan sampai memasuki Kuching, tidak ada jalan yang rusak seperti halnya yang terjadi di Indonesia. How pathetic is it?

Menjelang pukul setengah 9 gue memasuki kota Kuching. Dan sekali lagi gue iri. Yang gue lihat adalah sebuah kota yang teratur dan rapi jika di bandingkan dengan Pontianak. Nggak ada bangunan-bangunan yang berbatasan langsung dengan jalan raya kayak di Pontianak. Pemukiman juga tampak tersusun dengan baik dan nggak berantakan. Dan yang luar biasanya lagi, terminal busnya kueeerrren abis. Kalo tadi gue sempet muji terminal antar Bangsa di Sungai Ambawang itu keren, sekarang jadi nggak ada apa-apanya dibandingkan terminal bus yang bernama Kuching Central tersebut. Terminal tersebut udah kayak Mall. Lebih tepatnya emang Mall atau terintegrasi dengan Mall. Ruang tunggunya keren banget, udah kayak ruang tunggu airport aja.


Kuching Sentral, di foto dari dalam Taksi. Percayalah, itu beneran Terminal bus...
Okee, cukup untuk hari ini. Gue capek. Tapi perjalanan gue di Malaysia masih berlanjut. Baca aja nanti di Sini nanti ya, kalau udah gue tulis....

Sampai jumpa lagi di part 2, semoga nggak bosan...

7 Comments


wah band D'Lloyd bagus juga ya liriknya,sedih.
mas bagi oleh2nya hahaha
salam kenal ya.


Kesan pertama ketika bacapostingan ini adalah seketika ikutan nyanyi lagunya d'lloyd "semalam di malaysia" :D


klo orang kalimantan enak banget ya bisa kapan aja keluar negeri gtu haha


keren. baru kali ini saya baca catatan perjalanan ke malaysia melalui kalimantan barat :)


Ceritanya menarik n bikin penasaran apa tujuannya ke malaysia,, haha
Sad truth nya, negara tetangga emang lebih maju drpd negara kita,, hikss
Salam kenal gann


Padahal kan Kuching bukan di mainland Malaysia yah, tapi terminalnya keren begitu >.<! Apakabar Indonesia---mana suaranyaaaa? :p

Mampir blog kami yuk, ada artikel menarik mengenai penerangan untuk rumah Anda.

Salam,
www.gartnerindonesia.com


@Aleks Xapinos Cuma Transit gan, mau menuju Thailand sebenarnya....

@Gartner Indonesia Sebenarnya Indonesia bisa kayak Malaysia, cuma gitu deh, Indonesia kadang-kadang kurang efektif dan efesien dalam banyak hal. Termasuk soal pemanfaatan bangunan...

Posting Komentar

Copyright © 2009 BIG RHINO WHO WANTS TO FLY All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.